Mulai 10 November, Dispendik Surabaya Bebaskan Pelajar dari PR Sekolah

Pada 10 November 2022, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi akan membebaskan siswa dari pekerjaan rumah (PR) di kota Surabaya.

Kris Delima
Sabtu, 29 Oktober 2022 | 09:25 WIB
Mulai 10 November, Dispendik Surabaya Bebaskan Pelajar dari PR Sekolah
freepik.com

Aturan berlaku untuk sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP). Pekerjaan rumah atau pekerjaan rumah ini dianggap sebagai kutukan siswa.

Siswa dapat mengerjakan tugas ini  di rumah sendiri atau berkelompok dengan teman. Ada pekerjaan rumah sederhana untuk siswa yang dapat dilakukan secara mandiri.

Pada saat yang sama, pekerjaan rumah juga  dianggap sulit, jadi kamu harus meminta bantuan orang tuamu. Beberapa siswa sempat bingung, bahkan menangis, karena tidak bisa mengerjakan PR.

Karena itu, ada siswa yang tidak masuk sekolah karena tidak bisa mengerjakan PR. Siswa itu takut dan khawatir jika di sekolah akan dimarahi gurunya.

Baca Juga:4 Kebiasaan Orang Miskin yang Perlu Kamu Tinggalkan agar Bisa Cepat Kaya

Beban tugas atau pemberian PR yang terlalu banyak merupakan salah satu hal yang dikeluhkan, baik oleh siswa maupun oleh orang tua sebagai pendamping belajar anak. Sedangkan di lain hal, bila tidak ada tugas atau PR, maka siswa tidak belajar di rumah.

Wali kota beralasan, PR tidak boleh membebani siswa, melainkan PR lebih mengarah kepada pembentukan karakter. Meskipun nantinya tetap masih ada PR, maka tidak terlalu berat dan terlalu banyak.

Untuk itu, Walikota meminta Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya mengutamakan proses pertumbuhan karakter siswa. Selama ini, jam sekolah dinilai terlalu panjang dan membuat aktivitas sosial di luar sekolah berkurang.

Dispendik Surabaya akhirnya membuat kebijakan baru dengan menerapkan 2 jam pelajaran di sekolah untuk pendalaman karakter para pelajar.

Jam belajar selesai pukul 12.00 WIB dan pendalaman sampai pukul 14.00 WIB. Artinya, dua jam sudah efektif, anak-anak bisa mengikuti pola pembelajaran melalui pengembangan bakat masing-masing seperti melukis, menari, mengaji, dan lainnya.

Baca Juga:Kampanye "Kebaya Goes to UNESCO" Jadi Trending, BNPT: Kebaya Bisa Cegah Terorisme

Sedangkan untuk penyelesaian PR bagi siswa di tingkat SD dan SMP bisa dilakukan melalui kelas pengayaan untuk diselesaikan di sekolah.

Dengan demikian, saat anak-anak pulang sudah tidak ada beban mengerjakan PR. Maka, pengayaan pembelajaran antar teman bisa membantu menyelesaikan PR dan pulang sudah tidak memikirkan PR.

Pola pembelajaran pendalaman karakter tersebut akan melatih para siswa untuk lebih aktif, mandiri, dan berani memberikan pendapat untuk menciptakan desain atau rencana pengembangan pengetahuan siswa.

Anak dilatih aktif untuk membuat proyek. Maka disiapkan menu ekstrakulikuler yang cocok dengan sekolah dan kondisi anak-anak agar menyenangkan.

Terhadap kebijakan tersebut, masih terdapat pro dan kontra di kalangan masyarakat khususnya para guru dan orang tua. Ada di antara mereka yang setuju dengan kebijakan tersebut, tapi ada yang menolak alias tidak setuju.

Salah seorang orang tua di Rungkut Surabaya, Zakiyah mempertanyakan, apabila siswa dibebaskan sama sekali dari tugas atau pekerjaan rumah apakah tidak merusak sistem pendidikan yang sudah lama dianut di Indonesia.

Bagi Zakiyah, rasanya memang kurang pas apabila siswa dibebaskan sama sekali dari pekerjaan rumah. Dia khawatir anak tidak mau belajar karena tidak ada PR.

Apalagi anak-anak zaman sekarang banyak yang kecanduan gadget. Jika liburan atau sudah mengerjakan PR, waktunya lebih banyak digunakan bermain game atau membuka aplikasi lainnya di ponselnya.

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Kota Surabaya

Terkini

Tampilkan lebih banyak