Resiko anak terkena sindrom down bisa dicegah dengan perbaiki nutrisi sejak saat sebelum kehamilan. Hal itu diungkap oleh Dokter Spesialis Kandungan Universitas Indonesia, dr. Better Versi Paniroi Sp.OG.
“Bisa dicegah dan diperbaiki salah satunya memperbaiki kualitas ibu hamil atau persiapan sebelum kehamilan supaya sel telur dan kualitas sperma suami bisa diperbaiki sehingga tidak ada kelainan kromosom,” kata Better dalam diskusi kesehatan di Jakarta, Sabtu seperti dikutip dari Antara.
Sindrom kelainan pada kehamilan kata dokter yang menjadi anggota Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi (POGI) ini, paling banyak adalah kelainan kromosom 21 atau sindrom 21.
Kelainan kromosom disebabkan karena kualitas kehamilan bahkan sebelum mempersiapkan kehamilan yang bermasalah. Kurangnya nutrisi seperti vitamin D, asam folat, vitamin A, selenium dan zinc, mengakibatkan bayi yang dikandung mengalami kelainan pembentukan jantung. Kelainan inilah yang sering terjadi pada anak dengan sindrom down.
Baca Juga:Emak-Emak di Palembang Terhipnotis Dengan Koin Emas Kuno, Perhiasan 6 Suku Raib
Better mengatakan pembentukan jantung terjadi pada usia kehamilan 4-5 minggu, hingga masuk ke trimester kedua. Deteksi dini yang lebih cepat dapat memungkinkan minimnya risiko terjadi kelainan jantung.
“Saat proses pembentukan kalau tahu dari awal bisa diperbaiki sehingga kelainan jantung mungkin bisa lebih minimal atau tidak terjadi sama sekali,” ucapnya.
Pada wanita hamil di bawah 35 tahun, risiko anak mengalami sindrom down sekitar satu persen, sedangkan jika sudah di atas 35 tahun, risiko itu akan meningkat lima persen kemungkinan terjadinya sindrom down.
Hal itu dikarenakan pada usia 35 tahun, kualitas sel telur sudah menurun, yang bisa terjadi karena faktor usia, makanan yang tidak baik atau polusi lingkungan. Maka untuk mempertahankan kualitas sel telur, Better mengatakan wanita harus tetap bugar sehingga sel-sel tubuh akan berusia panjang dan juga tidak mudah terserang penyakit.
Dokter yang menyelesaikan pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Universitas Indonesia ini mengatakan sangat penting untuk mendeteksi kehamilan salah satunya dengan USG pada usia kehamilan 11-13 minggu.
Baca Juga:5 Tips dan Trik untuk Menjaga Keseimbangan Kulit Normal
Pada usia ini, dokter bisa mencurigai jika ada pertumbuhan organ yang tidak baik seperti tulang hidung tidak terbentuk atau kecil, penumpukan cairan di belakang leher, atau pola aliran darah yang tidak normal.
Pada usia kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil sudah bisa melakukan skrinning anomaly penyakit organ-organ. Namun jika ingin mengetahui kelainan kromosom, biasanya dilakukan pemeriksaan dengan metode sederhana dengan memeriksa darah dari ibu atau cara yang berisiko dengan mengambil darah bayi dan cairan ketuban.
“Tapi bisa yang sederhana dengan pemeriksaan darah ibunya, ada pemeriksaan NIPT yaitu pemeriksaan bayi dari ibunya cek HB biasa lalu diambil darah ibu, tapi tinggi dari segi biaya,” kata Better.
Secara umum, Better menuturkan, kebanyakan wanita hamil kekurangan zat besi, vitamin D, zinc dan hampir semua mikronutrien kurang dalam jumlah yang cukup besar. Kekurangan mikronutrien dapat menyebabkan anemia yang angkanya mencapai 47 persen pada ibu hamil.
Anemia, lanjut Better, dapat menyebabkan IQ anak yang dilahirkan menurun sehingga kualitas belajarnya akan lebih sulit dibanding anak seuisanya. Tercatat, angka IQ penduduk Indonesia hanya sekitar 70-78 saja.
“Untuk anemia sendiri banyak sekali pada ibu hamil, tentunya yang kita takutkan bayinya, bisa lahir kecil dan organ-organnya terganggu dari otak, ginjal, paru-paru,” lanjut Better.
Ia menyimpulkan bahwa persiapan kehamilan sangat penting bagi ibu untuk melahirkan generasi anak yang terbaik.